Selasa, 12 Mei 2009

Pemilu dan Kapitalisme Media

Kapitalisme media telah menggeser fungsi media sebenarnya. Yaitu sebagai saluran informasi, pendidikan, dan juga hiburan. Namun dimasa pemilu media telah dipenuhi iklan-iklan partai politik yang tidak sedikit mengeluarkan dana. Apakah media hanya mementingkan keuntungan semata?

Masa kampanye lalu dimana partai politik banyak mengeluarkan dana untuk belanja iklannya disambut baik oleh media massa. Bagaimana tidak? Dari belanja iklan itulah media mendapatkan cukup banyak keuntungan. Bahkan salah satu TV swasta sempat diperingatkan karena terlalu sring menampilkan iklan salah satu partai baru.

Memang benar keuntungan media salah satunya didapat dari iklan. Iklan-iklan partai politik menghabiskan bermilyar rupiah. Partai Golkar menghabiskan Rp. 5 Milyar dan Gerindra mengeluarkan rata-rata Rp. 9 milyar untuk belanja iklannya. Siapa yang akan menolak tawaran besar ini. Namun terkadang masyrakat mendapatkan kesan bahwa stasiun TV memihak kepada salah satu partai. Hal ini tidak baik karena akan berpengaruh kepada reputasi media. Media seharusnya bisa netral.

Tidak mudah memang menolak proyek jutaan bahkan milyaran rupiah. Untuk itu adanya aturan-aturan yang membatasi media dalam menayangkan iklan parpol. Sehingga porsi berita dan iklan bisa seimbang. Disisi lain media harus kembali pada ideologi media itu sendiri. Tidak hanya memikirkan keuntungan semata tapi berpihak kepada rakyat. Rakyat membutuhkan informasi mengenai caleg yang berkualitas. Bukan hanya iklan-iklan yang mengobral janji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar