Kamis, 30 April 2009

BERTAHAN DENGAN ASONGAN

” Semoga dagangan saya laris dan barokah biar anak bisa terus sekolah. Biar anak saya tidak hidup susah kayak bapaknya”. Setitik harapan seorang pedagang asongan yang bertahan hidup dengan asongan.

Tugiyo, lelaki setengah abad ini sudah mengadu nasib di Jogja selama 28 tahun. Kuli bangunan menjadi pekerjaan pilihannya saat pertama kali datang ke Jogja. Penghasilannya sebagai buruh tani di Wonosari dirasa tidak cukup untuk menghidupi keluarganya sehingga memutuskan untuk pergi ke kota gudeg ini. ”Jadi buruh tani itu hasilnya tidak cukup mba. Belum lagi nanti kalau gagal panen, saya tidak dapat apa-apa.” Awal tahun 1980-1999 bapak tiga anak ini setia menjadi kuli bangunan. Usia mulai memupus kekuatan fisik Tugiyo sehingga tak mampu lagi menjadi kuli bangunan.

Dapur tidak mengepul jika bapak tua ini tidak bekerja. Modalnya yang cukup sedikit digunakan untuk berjualan asongan di daerah Malioboro. Rokok, tisu, permen, dan korek ia jajakan setiap hari demi sesuap nasi baginya dan anak istri di kampung.


Anak pertamanya sudah menginjak kelas 1 smp dan Tugiyo harus berjualan dengan keras untuk biaya sekolah anaknya. Rumah petak ukuran 3x4 di Tukangan adalah tempat Tugiyo beristirahat yang cukup dekat dengan Malioboro. ”Saya ngontrak di situ biar tidak jauh jalan. Maklum saya sudah tua, kalau jauh-jauh harus naik angkot, uangnya eman-eman.” ujar pria yang selalu ceria ketika menjajakan asongannya.


Keuntungan yang diperoleh dari berjualan asongan memang tidak terlalu besar. Paling sedikit dalam satu hari Tugiyo bisa mengantongi Rp 5000,-. Namun jika musim liburan tiba bisa mencapai Rp 50.000,-. ”Saya senang kalau musim libur. Banyak yang beli rokok, tisu, sama permen. Jadi pas pulang nanti, bisa bawa uang untuk bayar sekolah dan makan.”


Setiap dua bulan sekali pria yang wajahnya sudah tampak keriput ini pulang ke Wonosari membawa uang untuk anak istrinya. Tugiyo tidak pernah menyesali kehidupannya yang tidak seberuntung orang-orang yang berkecukupan. ”Gusti Allah itu adil mba. Pasti rejeki kita sudah diatur. Kita tinggal menjalani saja yang ada di depan kita.” . Saat ditanya tentang harapan hidupnya kedepan penjaja asongan ini menjawabnya dengan tersenyum dan berkata,” Semoga dagangan saya laris dan barokah biar anak bisa terus sekolah. Biar anak saya tidak hidup susah kayak bapaknya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar