Rabu, 29 April 2009

Mr.Bakin, si Tukang Reparasi Payung


Sedia payung sebelum hujan, tidak ada payung badan pun kehujanan. Itulah pepatah yang cocok dilontarkan dari mulut Bakin (59). Seorang lelaki yang sudah 35 tahun menjadi tukang reparasi payung di daerah pasar Beringharjo.
Payung rusak jangan lantas dibuang, datang saja kepada Bakin, pria tua ini sanggup mereparasi segala aneka bentuk dan ukurang payung. Hanya cukup dengan Rp.5000, payung rusak kembali bisa dipakai. Keahliannya mereparasi payung didapat dari ayahnya, "Kerja ini ya dari ayah saya, turun-temurun", ucap Bakin, warga Tempel Yogyakarta. Lantas inilah pekerjaannya dan satu-satunya.
Setiap hari, setidaknya 20 biji payung rusak dapat diperbaikinya. Dan setidaknya dia dapat hasil Rp.50.000 masuk kekantongnya. Memang bukan angka yang tinggi, tapi Bakin tetap saja bertahan pada pekerjaan ini. "Kalau musim hujan bisa lebih dari lima puluh ribu, itupun tidak menentu. kalau lagi sepi malah paling cuman dapat sepuluh ribu", lontar bapak 5 orang anak ini. Bukanlah angka yang besar, mengingat Bakin harus menghidupi istri dan 2 orang anak yang masih hidup bersamanya.
Seiring kemajuan jaman, menurutnya lebih banyak orang membuang payung daripada membetulkannya. Mungkin harga payung baru semakin murah. "Kebanyakan orang ingin yang instan mas, rusak buang lantas beli baru", cerita pria berkacamata ini. Namun, walaupun semakin sepi Bakin tetap percaya bahwa reparasi payung masih dibutuhkan. "Mudah-mudahan bisa bertahan, mas. bapak saya saja bisa masak saya tidak bisa. nanti istri anak saya makan apa", candanya sembari meminta ijin untuk melanjutkan memperbaiki payung bertumpuk disekitarnya. Hanya walaupun dengan reparasi payung, Bakin sudah bisa membiayai 3 orang anaknya lulus sekolah tingkat atas. Dan masih ada kebutuhan untuk istri dan 2 anak menunggunya, inilah yang tidak menghentikannya untuk berhenti menjadi si Tukang Reparasi Payung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar