Selasa, 28 April 2009

Mencari Kehidupan Dari Tusuk Sate

Asap dan bara api sudah biasa menemani perjalannya mencari nafkah bagi keluarga. Ahmadi (47) asal madura. Berjualan sate di taman Parkir Abu Bakar Ali. Dengan kemeja lusuh dan celana panjang kain pria ini memanggil setiap wisatawan yang lewat.

Ramainya wisatawan dan bus pariwisata yang datang sudah menjadi pemandangn sehari-hari bagi pria ini. Tiap sore hari Ahmadi berjualan sate dengan gerobak yang ia miliki setahun yang lalu. Jika taman parkir sedang sepi ia menjajakan satenya keliling kampong. ”Ya.. nggak disini terus mbak, kalau lagi sepi jualannya keliling kampung.” ucap bapak beranak dua ini. ”Saya biasanya jualan dari jam 6 sore sampai jam 12 malam.” sambungnya.

Penghasilan yang dihasilkan dari berjualan sate tidaklah cukup untuk menghidupi seluruh keluarga. Tidak ada yang bekerja selain pak ahmad. Istrinya dirumah mengurusi anak-anaknya yang masih berada di bangku Sekolah Dasar. ”Penghasilan nggak tentu. Kadang-kadang Cuma dapat 50ribu. Paling besar yang pernah saya dapat 200ribu.” Pria dengan logat Madura yang khas ini mengaku penghasilan paling banyak didapat di akhir pekan katika banyak wisatawan yang berkunjung ke kota Jogjakarta.

Ditengah mahalnya harga-harga barang dan sembako tidaklah membuat pedagang sate asli Madura ini putus asa. Semangat pantang menyerah untuk menghidupi keluarga membuat bapak dua anak ini tetap berjuang mencari nafkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar