Rabu, 29 April 2009

Nostalgia Bersama Zamzani


Terdengar lirih suara lagu era 80’an di pertigaan jalan antara Pasar Bringharjo dengan Jalan Malioboro. Suara lagu itu selalu berganti setiap saat dan orang orang silih berganti menghampiri asal suara lagu tersebut.



Seorang bapak tua duduk diantara tumpukan kaset-kaset bekas itu dan dilangkapi dengan seperangkat speker yang seadanya. Senyum kecilnya kadang tercipta jika ada pembeli ada yang menawar harga dagangannya dengan sesuka hati. Dia adalah Bapak Zamzani, pria asal Padang ini sudah 24tahun berjualan kaset bekas di kawasan Bringharjo. Ia harus melakoni pekerjaan itu atas inisiatifnya untuk mencari penghasilan di kota perantaunnya ini, Jogjakarta. Dengan penghasilan rata-rata 20 ribu rupiah perhari dia harus menghidupi satu orang istri dan tiga orang anak. Dengan usianya yang sudah melebihi setangah abad dia masih gigih untuk bekerja, setiap paginya dia berangkat dari rumahnya di kawasan Notoprajan. Dalam satu hari Bapak Zanzani dapat menjual rata-rata 10 kaset dari jam 10 pagi hingga jam 10 malam. Kaset yang di jualnya adalah kaset lama atau bekas, ia menjual rata-rata Rp 8000 untuk lokal dan Rp 12.000 untuk barat. “Makin tua makin mahal,” kata Bapak Zanzani. Ia mengaku pernah menjual kaset Koes Plus rekaman pertama seharga 25 ribu. “Sebagai penjual kita harus mengerti barang mana yang memliki harga tinggi dan mana yang tidak,” tambahnya. Asam manis berjualan kaki lima pernah dialaminya, mulai dari pemalakan dan juga kaset kaset yang sering hilang. Namun saat ini sudah tidak pernah setelah Pasar Bringharjo mengalami renovasi. Dan sebuah kebanggan saat orang yang mendapatkan kaset tua yang dicarinya pada lapak dagangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar